Kamis, 12 Juli 2012

TANGISAN KINI TERSENYUM

Tik tik tik bunyi rintihan hujan sedang menangis,
Di bawah gereja terselip suara lonceng bersedu,
Ku berteduh tak luput menghangatkan diri ku, 
Sambil ku lihat langit sedang melukis garis, 

Tampak dari kejauhan, 
Gadis ayu muka beserih rambut basah terurai , 
Berlari terus berlari mengejar tempat ku berdiri, 
Hingga kini ku dan dia berteduh menjauhi tangisan, 

Emas saling kita jual,
tanpa melodi perkenalan yang di ayunkan, 
Ku menelan sepi,
Ku meminum tangisan hujan, 

Hembusan kedinginan keluar dari tubuh sang ayu,
Dan ku berikan kehangatan ku untuknya,
Hiasan rasa malu terasa di pipi,
Dan kehangatan pun ia kenakan, 

Ku muntahkan sepi, 
Ku telan kedingan,
Ku buang tangisan hujan, 
Ku minum pengorbanan, 

Hujan yang kala menangis kini tersenyum, 
Dengan wajah berserih memberikan kehangatan, 
Kami bergegas mengejar pelangi, 
Dan kami meninggalkan gereja,

Dalam benak ku berkata,"bodohnya aku, bodohnya aku",
Kehangatan ku pergi di bawa sang ayu,
Nama sang ayu tak ku miliki, 
Hanya berharap dia kembali dan membayarnya dengan menjadi pendamping hidup ku.